Menjelang peluncuran Galaxy S25 pada Januari 2025, Samsung menghadapi tantangan signifikan dalam produksi prosesor in-house Exynos 2500, yang berpotensi mengakibatkan peralihan ke chip Qualcomm untuk seluruh lini flagship mereka. Perkembangan ini menandai momen kritis dalam strategi semikonduktor Samsung dan memunculkan pertanyaan tentang regulasi tempat kerja di industri teknologi global.
Krisis Produksi
Pabrik Samsung kesulitan dengan produksi prosesor Exynos 2500, mengalami tingkat kegagalan produksi yang mengkhawatirkan sebesar 70%. Ketidakefisienan manufaktur ini menciptakan hambatan signifikan bagi rencana perusahaan untuk menggunakan chip buatan sendiri dalam seri Galaxy S25 mendatang. Situasi ini menjadi sangat problematis mengingat implikasi biaya - sementara Exynos 2500 membutuhkan biaya sekitar $150 per unit, Snapdragon 8 Elite (Gen 4) dari Qualcomm hadir dengan harga yang lebih tinggi yaitu $250.
Perbandingan Prosesor | Biaya | Catatan |
---|---|---|
Exynos 2500 | Rp150 | Tingkat kegagalan produksi tinggi (70%) |
Snapdragon 8 Elite | Rp250 | Menggunakan proses 3nm TSMC |
Kontroversi Jam Kerja
Dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, para insinyur senior Samsung menunjuk kebijakan wajib 52 jam kerja per minggu di Korea Selatan sebagai faktor utama dalam tantangan pengembangan mereka. Regulasi ini, yang memungkinkan 40 jam standar ditambah 12 jam lembur, merupakan perubahan signifikan dari standar 68 jam kerja per minggu sebelumnya hingga 2018. Beberapa karyawan dilaporkan bekerja di luar jam kerja resmi untuk memenuhi tenggat waktu, memunculkan kekhawatiran tentang praktik ketenagakerjaan dan manajemen proyek.
Peraturan Minggu Kerja | Jam |
---|---|
Hukum Korea Saat Ini | 52 jam |
Sebelumnya (pra-2018) | 68 jam |
TSMC (Taiwan) | 48 jam |
Perbandingan Industri
Menariknya, pemain utama lain dalam industri semikonduktor tampak beroperasi dengan sukses di bawah regulasi yang serupa atau bahkan lebih ketat. TSMC dari Taiwan, yang beroperasi dengan batas 48 jam kerja per minggu, mempertahankan posisinya sebagai pemimpin industri dengan jumlah personel sepuluh kali lebih banyak dari pabrik Samsung. Demikian pula, pesaing domestik SK Hynix berhasil mempertahankan produktivitas di bawah undang-undang ketenagakerjaan Korea yang sama.
Dampak pada Peluncuran Galaxy S25
Masalah produksi ini telah memaksa Samsung untuk mempertimbangkan kembali strategi chip mereka untuk seri Galaxy S25. Sementara model Ultra pasti akan menggunakan prosesor Snapdragon 8 Elite dari Qualcomm, model S25 standar dan S25+ mungkin masih menggunakan Exynos 2500 atau berpotensi menggunakan chip MediaTek Dimensity 9400, terutama karena pertimbangan biaya.
Implikasi Masa Depan
Situasi ini menyoroti tantangan yang lebih luas yang dihadapi divisi semikonduktor Samsung dan memunculkan pertanyaan tentang kemampuan perusahaan untuk bersaing di pasar prosesor kelas atas. Hasil dari krisis ini bisa memiliki implikasi jangka panjang bagi strategi pengembangan chip Samsung dan posisinya di pasar smartphone global.