OpenAI berada di pusat dua tantangan hukum signifikan yang dapat membentuk masa depannya. Sambil menghadapi gugatan hak cipta dari penerbit besar, perusahaan ini juga sedang menangani proses konversi yang rumit dari nonprofit menjadi profit yang bisa memakan biaya miliaran dolar sebagai kompensasi kepada sektor publik.
Insiden Penghapusan Data
OpenAI mendapat sorotan setelah tidak sengaja menghapus data pelatihan penting yang sedang diperiksa oleh para ahli penerbit untuk pelanggaran hak cipta. Insiden ini terjadi pada 14 November, ketika para insinyur OpenAI menghapus data pencarian yang tersimpan di salah satu dari dua mesin virtual yang disediakan untuk tim hukum The New York Times dan Daily News. Penghapusan terjadi setelah para ahli penerbit telah menghabiskan lebih dari 150 jam menelusuri set pelatihan AI untuk mencari bukti pelanggaran hak cipta. Meskipun OpenAI berhasil memulihkan data yang dihapus, data tersebut berada dalam format yang tidak dapat digunakan untuk tujuan hukum, yang berpotensi membahayakan kemampuan penerbit untuk membuktikan klaim mereka.
Waktu Pencarian oleh Ahli Penerbit: Lebih dari 150 jam sejak 1 November
CEO Sam Altman merenungkan implikasi serius dari penghapusan data yang tidak disengaja di tengah tantangan hukum yang sedang berlangsung |
Tantangan Konversi yang Mahal
Perusahaan menghadapi tantangan yang lebih besar dengan rencana konversi dari status nonprofit menjadi profit. Saat ini bernilai $157 miliar, anak perusahaan profit OpenAI beroperasi di bawah kendali induk nonprofitnya, yang mengejutkan hanya memiliki aset bersih $21 juta menurut pengarsipan IRS terbaru. Para ahli menyarankan bahwa konversi tersebut dapat mengharuskan OpenAI membayar hingga $30 miliar ke sektor publik sebagai kompensasi atas hilangnya kendali nonprofit, yang mewakili sekitar 20% dari nilai entitas profit.
Perkiraan Biaya Konversi: ~$30 miliar (20% dari valuasi perusahaan untuk profit)
Pengawasan Regulasi Semakin Ketat
Jaksa Agung Delaware, Kathleen Jennings, telah meminta informasi rinci tentang rencana konversi OpenAI, menandakan peningkatan pengawasan regulasi. Perusahaan harus dengan hati-hati menavigasi transisi ini untuk menghindari potensi investigasi dari berbagai otoritas, termasuk IRS, Department of Justice, dan jaksa agung negara bagian. Para ahli hukum menekankan bahwa setiap upaya untuk meremehkan kompensasi dapat memicu investigasi dan gugatan yang mahal, yang berpotensi menghambat posisi kompetitif OpenAI terhadap pesaing seperti xAI.
Implikasi Masa Depan
Hasil dari tantangan hukum ini dapat menciptakan preseden tentang bagaimana perusahaan AI menangani data pelatihan dan transisi struktur perusahaan. CEO OpenAI Sam Altman telah mengingatkan startup lain untuk tidak mengikuti jalur konversi nonprofit-ke-profit mereka, mengakui kompleksitas dan risiko yang terlibat. Perusahaan kini harus menyeimbangkan tujuan teknologi yang ambisius dengan tuntutan hukum dan regulasi yang meningkat sambil mempertahankan transparansi dan kepatuhan terhadap kewajiban kepentingan publik.