Sebuah gerakan yang berkembang di kalangan developer menantang kompleksitas pengembangan web modern dengan kembali ke pendekatan yang lebih sederhana. Pergeseran ini melibatkan pengabaian framework frontend yang rumit dan sistem build yang kompleks demi kembali ke HTML, CSS, dan JavaScript dasar - mirip seperti pengembangan web di akhir tahun 2000-an.
Diskusi ini dimulai dengan pengalaman seorang developer yang membangun sistem ranking sederhana menggunakan teknologi lama yang telah terbukti. Alih-alih menggunakan stack berbasis React modern, mereka memilih framework Sinatra dari Ruby, database SQLite, dan server-side rendering. Hasilnya adalah aplikasi yang cepat dan ringan yang menghidupkan kembali passion mereka untuk programming.
Manfaat Performa dari Pendekatan Sederhana
Browser modern telah berkembang secara signifikan, membuat banyak sistem build yang kompleks menjadi tidak perlu untuk aplikasi dasar. Developer menemukan bahwa server-side rendering sederhana dapat terasa instan ketika backend cukup cepat. Pendekatan ini menghilangkan overhead dari framework JavaScript sambil memberikan pengalaman pengguna yang sangat baik.
Perbedaan performa sangat mencolok jika dibandingkan dengan website modern. Situs sederhana memuat dengan cepat dan merespons dengan segera, sementara banyak aplikasi kontemporer berjuang dengan bundle JavaScript yang membengkak dan dapat membuat browser crash pada perangkat lama.
Perbandingan Technology Stack
Pendekatan Sederhana (era 2007):
- Backend: Framework Ruby Sinatra
- Database: SQLite
- Frontend: Form HTML biasa dan server-side rendering
- Deployment: rsync ke VPS
- Total lalu lintas jaringan: Di bawah 200KB per halaman
Pendekatan Modern (2020an):
- Backend: Node.js / React dengan sistem build yang kompleks
- Database: Beberapa layanan dan API
- Frontend: Framework JavaScript dengan dependensi npm
- Deployment: Kubernetes /containerization
- Lalu lintas jaringan: Seringkali beberapa megabyte per halaman
Antusiasme Komunitas terhadap Pendekatan Minimalis
Komunitas developer telah merespons dengan antusias terhadap pendekatan back-to-basics ini. Banyak programmer melaporkan menemukan kembali kegembiraan coding ketika terbebas dari toolchain yang kompleks dan proses build yang rumit. Kemampuan untuk melakukan iterasi dan eksperimen dengan cepat tanpa harus bergulat dengan file konfigurasi terbukti sangat membebaskan.
Anda dapat melakukan state management dengan cukup mudah menggunakan variabel dan fungsi rerender. React dan sejenisnya memberikan update DOM yang granular untuk performa, tetapi untuk aplikasi sederhana hal itu tidak terlalu penting.
Sentimen ini mencerminkan kesadaran yang lebih luas bahwa banyak aplikasi tidak memerlukan kompleksitas yang dibawa oleh framework modern. Pengiriman form sederhana, interaktivitas dasar, dan tampilan data yang straightforward dapat ditangani secara efektif dengan teknologi vanilla.
Kapan Framework Modern Masih Masuk Akal
Namun, diskusi ini juga mengakui keterbatasan dari pendekatan sederhana. Aplikasi kompleks dengan interaksi pengguna yang ekstensif, fitur kolaborasi real-time, atau manajemen state yang sophisticated mungkin masih mendapat manfaat dari framework modern. Insight kunci adalah mencocokkan kompleksitas tool dengan kebutuhan proyek daripada default menggunakan teknologi terbaru.
Beberapa developer mencatat bahwa framework menjadi berharga ketika mengkoordinasikan tim besar yang bekerja pada codebase yang sama. Struktur dan konvensi yang mereka sediakan membantu menjaga konsistensi di antara banyak kontributor, meskipun tidak diperlukan untuk proyek solo.
Implikasi yang Lebih Luas untuk Startup dan Proyek Kecil
Tren ini memiliki relevansi khusus untuk startup dan proyek kecil yang sering over-engineer solusi awal mereka. Banyak aplikasi sukses dapat dibangun lebih cepat dan dipelihara lebih mudah menggunakan teknologi yang lebih sederhana. Kompleksitas yang berkurang juga berarti biaya hosting yang lebih rendah dan proses deployment yang lebih mudah.
Gerakan ini merepresentasikan lebih dari sekadar nostalgia - ini adalah respons praktis terhadap kompleksitas tooling pengembangan web yang terus berkembang. Seiring komputer menjadi lebih powerful dan koneksi internet semakin cepat, optimisasi performa yang mendorong adopsi framework mungkin tidak sekritis yang diasumsikan sebelumnya.
Kebangkitan kembali pendekatan pengembangan web sederhana menunjukkan bahwa industri mungkin siap untuk mempertanyakan apakah kompleksitas selalu sama dengan kemajuan. Untuk banyak proyek, jalan ke depan mungkin sebenarnya melibatkan melihat ke belakang untuk menemukan kembali fundamental yang membuat pengembangan web dapat diakses dan menyenangkan di tempat pertama.
Referensi: The Dumbest Thing I Could Do