Mahkamah Agung Brasil Pertahankan Larangan X, Musk Hadapi Tantangan Hukum

BigGo Editorial Team
Mahkamah Agung Brasil Pertahankan Larangan X, Musk Hadapi Tantangan Hukum

Perselisihan yang sedang berlangsung antara X (sebelumnya Twitter) milik Elon Musk dan Mahkamah Agung Brasil telah meningkat, dengan implikasi signifikan bagi 21 juta pengguna platform tersebut di negara itu.

Panel Mahkamah Agung Memperkuat Larangan

Panel lima hakim Mahkamah Agung Brasil telah memberikan suara untuk mempertahankan keputusan melarang X di Brasil. Putusan ini, yang awalnya dikeluarkan oleh Hakim Alexandre de Moraes, muncul sebagai respons atas penolakan Musk untuk mematuhi perintah pengadilan untuk memblokir akun-akun tertentu dan mengidentifikasi perwakilan hukum di negara tersebut.

Penentangan Musk dan Konsekuensi Hukum

Sikap konfrontatif Elon Musk terhadap peradilan Brasil telah menyebabkan konsekuensi serius:

  • Pengadilan telah memerintahkan pembekuan aset milik kelompok ekonomi de facto Musk di Brasil.
  • Starlink, layanan internet satelit Musk, mengkonfirmasi asetnya telah dibekukan.
  • Denda harian sebesar R$50.000 (sekitar $8.900) telah diberlakukan untuk penggunaan VPN untuk mengakses X.

Dampak Lebih Luas dan Tanggapan

Larangan tersebut telah memicu serangkaian reaksi:

  • Platform media sosial pesaing melaporkan lonjakan akun pengguna baru dari Brasil.
  • Starlink telah menginformasikan regulator telekomunikasi Brasil, Anatel, bahwa mereka tidak akan mematuhi larangan tersebut sampai aset mereka dicairkan.
  • Penyedia internet dan toko aplikasi diberi waktu hingga 4 September untuk menerapkan langkah-langkah pemblokiran akses ke X.

Tindakan Balasan Musk

Menanggapi keputusan pengadilan, Musk telah:

  • Menuduh pengadilan melakukan tindakan ilegal.
  • Menyarankan penggunaan VPN untuk menghindari pembatasan.
  • Mengancam tindakan hukum terhadap pembekuan aset yang mempengaruhi Starlink.

Saat pertempuran hukum ini berlangsung, hal ini memunculkan pertanyaan kritis tentang keseimbangan antara kedaulatan nasional dan platform teknologi global, serta batas-batas kebebasan berbicara di era digital.