Seorang mantan eksekutif Meta telah tampil dengan tuduhan yang menantang posisi kebebasan berpendapat Mark Zuckerberg belakangan ini. Menurut pengaduan whistleblower yang diajukan ke Securities and Exchange Commission, Facebook (sekarang Meta) pernah bersedia menerapkan langkah-langkah sensor yang luas untuk mendapatkan akses ke pasar China.
Klaim Whistleblower
Sarah Wynn-Williams, mantan direktur kebijakan global di Facebook yang meninggalkan perusahaan pada 2017, mengajukan pengaduan sepanjang 78 halaman ke SEC yang merinci upaya Facebook yang diduga untuk memasuki pasar China. Menurut pengaduan tersebut, yang diperoleh oleh The Washington Post, Facebook mulai berupaya memasuki pasar China pada 2014 dalam proyek berkode Project Aldrin. Wynn-Williams mengklaim bahwa perusahaan bersedia membuat konsesi signifikan kepada Partai Komunis yang berkuasa di China untuk mendapatkan akses ke basis pengguna negara yang sangat besar tersebut.
Kronologi Upaya Facebook/Meta di China:
- 2014: Facebook membentuk tim "Project Aldrin" untuk mengerjakan versi khusus China
- 2015: Perusahaan diduga membangun sistem sensor otomatis untuk istilah-istilah terlarang
- 2017: Pembatasan akun Guo Wengui diduga untuk menyenangkan regulator China
- 2017: WhatsApp dilarang di China meskipun upaya kepatuhan Meta
- 2019: Zuckerberg secara publik mengumumkan penarikan diri dari upaya di China dan beralih ke advokasi kebebasan berbicara
Dugaan Sistem Sensor
Salah satu tuduhan yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa Facebook membangun sistem sensor konten pada 2015 yang dirancang khusus untuk secara otomatis mendeteksi dan menghapus konten yang mengandung istilah-istilah yang dibatasi oleh pemerintah China. Laporan whistleblower mengklaim Facebook siap menempatkan seorang editor kepala yang akan mengawasi konten pada versi platform untuk China, dengan kekuasaan untuk menghapus konten yang dianggap tidak pantas dan bahkan menutup situs sepenuhnya selama periode kerusuhan sosial di negara tersebut.
Dugaan Konsesi Utama kepada Pemerintah Tiongkok:
- Menyimpan data pengguna Tiongkok dan Hong Kong di server yang berada di Tiongkok
- Membangun sistem sensor otomatis untuk konten yang dibatasi
- Penunjukan "editor kepala" dengan wewenang untuk menghapus konten dan menutup situs
- Mengizinkan perusahaan ekuitas swasta Tiongkok untuk meninjau konten pengguna
- Mempekerjakan ratusan moderator untuk menghapus konten yang dibatasi
Konsesi Penyimpanan Data
Pengaduan tersebut lebih lanjut menyatakan bahwa Facebook setuju untuk menyimpan data pengguna China di server-server di dalam China, termasuk data dari pengguna di Hong Kong yang sebelumnya menikmati perlindungan lebih kuat. Pengaturan ini berpotensi memudahkan pemerintah China untuk mengakses informasi pribadi warganya, menimbulkan kekhawatiran privasi yang signifikan.
Kasus Guo Wengui
Laporan Wynn-Williams menunjuk ke insiden spesifik yang melibatkan pengusaha China Guo Wengui sebagai bukti kesediaan Facebook untuk mematuhi tuntutan sensor China. Guo, yang hidup dalam pengasingan di New York dan secara rutin memposting tentang dugaan korupsi dalam pemerintahan China, akun Facebook-nya dibatasi pada 2017. Sementara Facebook secara publik mengklaim ini karena Guo membagikan informasi pribadi orang lain tanpa persetujuan mereka, whistleblower tersebut menyatakan penghapusan itu sebenarnya didorong oleh salah satu regulator internet China sebagai cara bagi Facebook untuk menunjukkan kesediaannya untuk menangani kepentingan bersama.
Tanggapan Meta
Meta dengan tegas membantah tuduhan-tuduhan ini, dengan juru bicara Andy Stone menyatakan: Ini semua didorong oleh seorang karyawan yang dipecat delapan tahun lalu karena kinerja buruk. Kami tidak mengoperasikan layanan kami di China saat ini. Stone mengakui bahwa minat perusahaan sebelumnya pada pasar China bukanlah rahasia tetapi menekankan bahwa Meta akhirnya memilih untuk tidak melanjutkan ide-ide yang telah kami jelajahi, yang Mark Zuckerberg umumkan pada 2019.
Evolusi Kebebasan Berpendapat Zuckerberg
Klaim whistleblower sangat bertentangan dengan sikap publik Zuckerberg tentang kebebasan berekspresi dalam beberapa tahun terakhir. Setelah tampaknya meninggalkan harapan untuk memasuki pasar China, Zuckerberg memberikan pidato di Georgetown University pada 2019 yang memperjuangkan kebebasan berekspresi dan secara khusus mengkritik pendekatan China terhadap sensor internet. Baru-baru ini, setelah Donald Trump terpilih kembali, Zuckerberg telah memposisikan Meta sebagai pembela kebebasan berbicara, mengurangi kebijakan moderasi konten dan menghapus pemeriksa fakta pihak ketiga.
Ironi TikTok
Menambahkan lapisan lain pada situasi kompleks ini adalah advokasi Zuckerberg saat ini untuk melarang TikTok, platform dengan koneksi China, beroperasi di Amerika Serikat. Posisi ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah komitmen baru Meta terhadap prinsip-prinsip kebebasan berbicara mungkin diterapkan secara selektif ketika selaras dengan kepentingan bisnis perusahaan.
Upaya yang Gagal
Meskipun konsesi yang diduga Facebook bersedia buat, upaya perusahaan untuk membangun kehadirannya di China sebagian besar tidak berhasil. Meskipun Facebook secara diam-diam meluncurkan beberapa aplikasi sosial di negara tersebut, platform utamanya tidak pernah mendapatkan pijakan. Bahkan, WhatsApp, yang telah diakuisisi Facebook, dilarang di China pada 2017 meskipun ada upaya yang dilaporkan perusahaan untuk mematuhi persyaratan China.